Rabu, 20 Maret 2019

BIAS


7  April 2018

Yang menimpaku ini serasa berat dipundakku
Bahkan sebenarnyapun aku tidak sendiri
Yang melingkupku ini menyesakan hatiku
Bahkan sebenarnya aku tidak hampa
Yang merenggutku amat erat ini
Bahkan sebenarnya hanya setitik saja
Bahkan ini bukti cinta Mu
Bahkan ini bukti sayang Mu
Melingkupku penuh
Merengkuhku erat
Aku malu pada Mu,
Berkali ku mengeluh pada Mu
Berulang aku berkeluh pada Mu
Atas yang remeh temeh ini
Diantara nikmat Mu yang tak ter eja
Diantara cinta Mu ayng membahana
Diantara kasih Mu yang melimpah
Tapi biarkan aku tetap bersimpuh padaMu
Merentas segala resahku
Merenda srgala asaku
Melabuhkan segenap rasaku

Gemuruh


27/9/2017

Gemuruh didada mnyesakkanku
Amarah ini membekaskan dendam
Yang sebenarnya justru menyakitiku
Apapun tak layak aku mempertahankannya
Menggerogotiku sendi sukmaku terluka
Meki hatiku tercabik olehnya
Meski riap itu masih mengguris ngilu
Rasa ‘aku’ ku terbentur pada ‘harus’ ku
Aku menggigil dalam nyeri yang sangat
Terpaku pada sosokmu yang harusnya
Melindungiku waktu itu
Menjagaku waktu itu
Menumbuhkanku waktu itu
Kesadaran atas diri yang jua tak layak
Aku tergugu sendiri
Biar ku tebas semua
Biar ku tambatkan semua pada Nya
Aku ingin seringan itu hidup sebenar
Aku ingin selega itu menuju Mu

pada Ibu


06/11/2018

Gamang menyeruak dalam pekatnya
Aku ingin tak ambil disini
Meraihmu menembus selaksa
Meski kerikil menggullirkan jamah kakiku
Biar lirihku meletup sebentar sebentar
Beradu dengan kicau yang sekejap melengking
Atau terpaan cahaya yang biasnya menyilaukan
Dingin juga sempat menggigilkanku
Berganti panas yang juga sempet menderaku gerah



Berulang tak terhitung ku eja namamu
Melambungkannya sambil berharap menembus langit Nya
Setiap saat bayangmu mengelus sukmaku
Aku masih sering tergugu mengingatmu
Dan hanya bisa membungkusnya dengan untaian do’a
Ibu....... masih selalu dihatiku hangat cintamu
Yang tak terbalas apapun, senantiasa menghangatkan jiwa
Meski ulur tangan kami mengecup restumu
Yang mengukir tanpa henti pada kami semua

pengakuan

jika yang terjadi ini adalah karmaku
mungkin begitulah
karena aku mengaku atas semua salahku
dan ini pasti juga cambuk untuk ku
aku yang belum sepenuh bertaubat
aku yang masih bsa ber-angkuh sangat
yang juga tak berbenah 
pada kesempatan yang terhampar
namun terlewat lagi
terlambat terus
apa masih ku tunggu hingga terantuk
sedang begitu sayangnya DIA
selalu begitu Cintanya Dia
aku masih lagi silau
dan terjerembab naif dan nafsu saja
gemetarku merejam sukma
namun aku bergeming
teronggok bagai sampah
yang mengaku aku berkilau
koyak beraroma bangkai
yang bersembunyi 
membohongi diri dan pada beribu-ribu
sampai kapan tertutupi
entah bagaimana jika terkuak
aku begitu semu
aku hanya ...
tapi terlihat lebih !
malu pada Yang Maha
tapi tak jua mengurai ciri
tak jua meleburkan nista
yang meski terbentang tangan Mu
aku masih luruh lagi
hanya berangan saja 
hanya lirih dan sedikit menyebut Mu
gemetar lagi meringkuk
tak beranjak

Izinkan

Izinkan aku menyebut asma Mu ...
dalam setiap mulai kubuka mata,
dalam setiap kuurai langkah
dalam setiap kuhela diri
mensyukuri nafas kembali yang kau titipkan 

berharap tak ku salah arahkan langkahku
meski masih jua bodoh dan naif diriku
menyukuri bisikan mengingatMu
menyemai rasa merindu agar selalu mendekat kearahMu
menunudukkan setiap riapku
sedalam dalam bersujud pada Mu

rasa

hanya sebersit rasa, namun tak urung menggerus
mengacaukan rancangan
menggoyahkan dalam sekejap
aku tahu pasti ada yang salah disini
pasti ada yang tak semestinya
bahwa karna tak kuatnya pondasi
bahwa karna tak teguhnya hati
aku bergeming sendiri
masihkah pantas meracau
atau memekik dan beringas
entahlah
termenung dan berdiam diri
masih jadi pilihanku
namun pertentangan ini terus berlaku
aku tak suka diabaikan
aku sedih didiamkan
biarlah aku makin terlihat aneh
dimatamu atau semua
aku ingin sekali tidak peduli
dan labilku selalu tidak memihakku
dan kembali mencecarku
dan aku makin gamang
terpojok disudut
terasa menyempit dan pengap
aku bisa apa
tanyakupun aku tak tahu pada siapa atau tentang apa
namun siapa yang tahu jika masih terpendam dalam
aku menunggu
gelegak yang berujung melegakan
dahagaku menggetarkanku kuat
meriap dan menghimpitku sesak
pun entah sampai kapan

menunggu

jika menunggu berakar harap, akan tersa lambat waktu bergulir,
jika menunggu berimbas ketakutan, andaipun bisa waktu kan dihentikan
entahlah mengapa menunggu identik dengan jemu, tapi tidak bagiku !

sampai dimasa ini, menunggu penuh harap namun juga takut,
seharusnya aku menyiapkan diri juga memantaskan hati
bergelut dengan banyak hal hal yang mestinya kulalui
berkeras dengan untaian yang harusnya ku resap
namun nyatanya masih jua gamang mendera
masih jua riap dan silau oleh remeh temeh yang lalu lalang
semakin dekat waktu, semakin riuh galau mencekam
semakin deras derai menghujam
pun jua rinduku semakin tajam
pun jua pintaku semakin tunduk
pun jua geloraku semakin rentas

teladanmu

semerbak ini...meliputi kami semua
yang kami rasakan mengharu biru
namamu menggaungkan
selalu ada riap menghampiri
yang aku tahu dalam naifku
mungkin bukan sekedar ini maumu
ada yang lebih esensial yang kau tebarkan
namun maafkan jika kami menyempitkannya
maafkan kami yang hanya berpikir tersudut
mestinya yang kau hendak cerahkan
meliputi segenap dan bukan sekedar
karena aku tahu niatmu mengakar
yang aku rasa gemamu membahana
meraup semua...
seperti cahaya yang tak pilih tempat
seperti air yang merembes menyeluruh
dan seperti angin yang menghembus ke segala
biarkan perlahan ini
kami lirih menyelaminya
sedikit sedikit kami akan mengecapnya
apa yang kau tanamkan pasti tak akan sia
semoga kami tak terlena
bahwa bukan ini tujuanmu
bahwa ini hanya pelecutmu
tuk kami agar segera bangun
meneruskan juangmu
menggapai estafetmu
melebarkan sayapmu yang sempat terhenti
dan membahanakan asamu
lebih dan terus

# catatan lirih untuk eyang kakung Anwar Sudibyo

apapun

 Jika kau mengeluh, kau hanya akan dengar keluhan yang lebih menyayat Jika kau marah kau akan dapatkan kemarahan padamu yang lebih membara J...