Selasa, 11 November 2025

Mengalir

 

Mengalir

Menenikmati cahaya mentari yang menyapa dari sendu hingga merekah, menghangatkan derai dari gigil yang menyesakkan, mestinya mengingatkan kita bahwa diapun hanya menjalankan titah, yang bahkan lebih taat daripada makhluknya yang berakal ini. Entahlah kenapa justru akalnya lebih banyak digunakan untuk menggulungkan sekian tapi dalam ketaatannya sebagai alasan yang sungguh ada-ada saja.

Menghirup udara ini seringkali kita tak sadari, nikmat mengalir tak tereja, yang bahkan kita baru menyadari saat diambang batas, atau saat ketiadaannya. Baru meluruh saat kita terdesak dan merasa butuh, nan saat melimpah kita begitu saja terlena, bahkan tak jarang mengagungkan yang sama sekali bukan karena kita juga bukan milik kita.

Mendengarkan berbagai alunan dan bisikan, menggelitik dawai hati yang semestinya mengalirkan rasa takjub dan bersujud, bahwa semesta begitu syahdu mengalunkan nada-nada. Membuai kita dalam balutan yang menentramkan bukan justru melenakan hingga alpa segala yang semestinya, pun menggunakannya justru tuk menjauh dari Nya

Melihat sekitar dengan aneka warna-warninya, yang cemerlang atau yang menyejukkan, yang menyilaukan atau yang meredupkan, sungguh mestilah mengantarkan pada kesadaran akan kuasa Nya, sungguh kita bukanlah apa-apa. Namun ber aku dengan kecongkakan yang berkali dan mengerat.


                                                                                       

نون

Tidak ada komentar:

Teman belajar

  Teman belajarku, maafkan segalaku atas ceteknya ilmuku atas sempitnya pikirku atas rapuhnya dayaku atas sempitnya egoku Teman belajarku, m...